Thursday, April 02, 2009

Kebutuhan air minum anoa

water requirement for anoa

Seperti juga pada spesies lain dari genus Bubalus, anoa adalah satwa yang tergantung pada air; mereka memerlukan air setiap hari untuk minum dan berkubang. Keberadaan mata air, kubangan air, air sungai, vegetasi pakan yang tumbuh di dekat aliran sungai dan hutan di wilayah dataran rendah kemungkinan merupakan penyebab sehingga satwa ini memilih lokasi tersebut sebagai habitatnya. Dari 18 plot yang ditempatkan, di lokasi penelitian terdapat 5 plot yang memiliki / dekat dengan sumber air. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Mustari (1995), Malik et al. (2004), Pujaningsih (2005), Pujaningsih (2005) dan Pujaningsih et al.(2008), anoa kadang-kadang meminum air laut untuk memenuhi kebutuhannya akan mineral yang tidak diperolehnya dari sumber air di habitatnya. Di daerah dataran tinggi, kebutuhan akan mineral diperoleh satwa ini dengan menjilat sumber-sumber garam alami.

Selama penelitian diamati bahwa anoa lebih sering terlihat di dekat mata air gunung di daerah Rano Bake untuk minum dibandingkan di pinggir sungai di daerah Hawumbu. Diduga bahwa rasa air dari mata air pegunungan Rano Bake lebih disukai oleh anoa dibandingkan dengan air sungai. Penelitian yang dilakukan oleh Pujaningsih et al. (2008) menyatakan bahwa kandungan mineral Na, Ca dan P dari mata air pegunungan dibandingkan air sungai masing-masing adalah 0,079 vs. 0,009 mg/l; 1,33 vs. 0,254 mg/l dan 0,021 vs. 0,022 mg/l. Villalba(2006) melaporkan bahwa kandungan Na di dalam air dapat mempengaruhi rasa air tersebut dalam kaitannya dengan kebutuhan akan mineral yang lain terutama Ca dan P.

Anoa di lokasi penelitian memenuhi sebagian kebutuhannya akan air antara lain dengan mengkonsumsi buah pokae yang berasal dari jenis Ficus sp (Gambar 3). Satwa ini akan menanduk batang pohon tersebut untuk menjatuhkan buahnya. Selain buah pokae, menurut hasil penelitian Mustari, AH (2003a) anoa di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa Sulawesi Tenggara juga mengkonsumsi buah dongi ( Wormia ochreata ), buah toho ( Artocarpus sp. ), buah konduri ( Parkia timoriana ) dan buah huhubi ( Artocarpus dasyphyllus ). Basri (2008) dalam disertasinya menyatakan bahwa seekor anoa mampu mengkonsumsi 10 kg buah pokae dalam waktu 2 – 3 jam pada kondisi ex situ.. Selanjutnya dijelaskan oleh Basri bahwa buah pokae mengandung protein, serat kasar dan kandungan air berturut-turut 12,66%, 41,47% dan 82,3%. Hasil penelitian Pujaningsih, et al., (2005) sebelumnya menyatakan bahwa anoa di habitat aslinya mengkonsumsi antara lain daun dari tanaman semak, pohon, jenis paku-pakuan, palem, umbi-umbian, buah-buahan dan bahkan lumut . Hal ini memperkuat hasil penelitian Mackinon dan Mackinon (1979), Bostid (1983), Balgooy dan Tantra (1986) yang disitasi oleh Whitten et al. , (1987), Labiro, E (2001) dan Mustari, AH (2003a) yang menyatakan bahwa kerbau liar kerdil yang endemik ini mengkonsumsi rumput-rumputan, paku-pakuan, semak serta buah-buahan yang jatuh. Informasi-informasi tersebut menunjukkan bahwa anoa mampu bertahan pada lokasi yang memiliki sumber air terbatas dengan cara mengadaptasikan pakannya sesuai dengan kebutuhan akan air untuk hidupnya.

Notes